Belajar Bahasa Inggris di Indonesia, Buat Apa?

Belajar Bahasa Inggris di Indonesia, Buat Apa?

Andi adalah seorang siswa SMA kelas 3 di Makassar. Sehari-sehari ia berinteraksi dengan orang lain dalam Bahasa Indonesia.

Di rumah, ia mengobrol dengan orang tuanya dalam Basa Mangkasara’. Ia bersekolah di sekolah negeri dan tidak pernah bepergian ke luar negeri.

Sedikit berbeda, Elsa bersekolah di SMA swasta internasional di Surabaya dan diajar oleh beberapa guru berkebangsaan asing. Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris digunakan bergantian di sekolah.

Selain itu, ia juga belajar Bahasa Korea di lembaga kursus sepulang sekolah karena ayahnya akan dipindahtugaskan ke Korea Selatan tahun depan dan mengajaknya serta.

Meski berbeda latar belakang sekolah dan keluarga, Andi dan Elsa sama-sama belajar Bahasa Inggris di sekolah.

Terlepas dari kewajiban kurikulum, keduanya bahkan hampir selalu mengikuti program belajar tambahan.

 

Mengapa tetap belajar ?

Teman-teman Andi sering bertanya mengapa ia begitu semangat menghapalkan kosakata dalam Bahasa Inggris padahal ia tidak memerlukannya dalam kesehariannya.

Motivasi Elsa untuk aktif dalam klub debat Bahasa Inggris pun dipertanyakan karena ia nanti akan pindah ke negara di Asia yang penduduknya bukan penutur Bahasa Inggris.

Lantas, mengapa Andi dan Elsa tetap belajar bahasa asing tersebut padahal mereka tidak membutuhkannya?

Secara logika, memang betul bahwa sebagai orang Indonesia, kita tidak memerlukan Bahasa Inggris.

Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, ditambah dengan ratusan bahasa dan dialek lokal kita, sudah cukup memudahkan kita untuk berkomunikasi satu sama lain.

Status Bahasa Inggris di Indonesia pun adalah sebagai bahasa asing (foreign language), berbeda dengan Malaysia dan Singapura yang resmi menggunakannya sebagai bahasa kedua (second language).

Melihat fakta ini, urgensi mempelajari Bahasa Inggris tampaknya melemah.

Namun, bagi sebagian atau banyak orang, tidak adanya urgensi bukan berarti tidak ada kepentingan.

 

Motivasi

Andi, misalkan, bercita-cita ingin menjadi koki di restoran kelas dunia.

Ia menyadari bahwa lingkungan kerjanya kelak yang mungkin didominasi bos ekspatriat dan pelanggan mancanegara akan menuntutnya untuk setidaknya memahami instruksi dasar dalam Bahasa Inggris.

Sementara itu, dalam pandangan Elsa, berkuliah sebagai mahasiswi internasional di Korea Selatan artinya bertemu, belajar, dan berinteraksi dengan mahasiswa dari berbagai negara, bukan hanya orang Korea.

Maka, ia tetap memerlukan keterampilan berbicara dalam Bahasa Inggris untuk menunjang studinya nanti.

Dua kasus ini hanya ilustrasi bahwa setiap orang punya alasan untuk belajar ataupun tidak mempelajari Bahasa Inggris.

Contoh lainnya adalah dua orang pedagang yang sama-sama berjualan bakso memiliki kepentingan yang berbeda akan Bahasa Inggris apabila yang satu berdagang di depan SD dan satunya lagi berjualan di kawasan wisata yang banyak didatangi turis asing.

 

Pemelajar Sejati

Seorang pemelajar sejati tentu tahu betul mengapa ia mempelajari dan berlatih suatu keterampilan tertentu.

Alasan apapun sah untuk dimiliki selama ia tidak terpaksa menjalaninya dan tahu tujuan belajarnya.

Pemelajar sejati belajar Bahasa Inggris bukan hanya untuk menuntaskan kewajiban kurikulum maupun supaya dibilang keren oleh sebayanya.

Tanpa memiliki kepentingan khusus seperti Andi dan Elsa pun, ia akan memahami manfaat yang akan diperoleh dari proses belajarnya.

Jadi, sebelum berkomitmen untuk belajar Bahasa Inggris lebih dalam lagi, mari pastikan bahwa kita tahu apa yang ingin kita tuju dengan keterampilan bahasa asing ini.

Setiap orang punya cita-cita yang berbeda, dan adalah tugas diri kita masing-masing untuk mengetahui tujuan belajar itu sendiri.

 

Author

Lavinia Disa Winona Araminta

She earned a Master degree in Applied Linguistics from the University of Auckland and a Bachelor in English Literature from Universitas Indonesia (UI)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *